Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sejarah PSMS Medan

 

Sumber Foto : Waspada Online

PSMS Medan adalah salah satu klub sepak bola Indonesia  yang berbasis di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kota Medan.

Klub yang kini bermain di kasta kedua Liga Indonesia ini punya sejarah yang panjang dan selalu menjadi momok klub-klub lokal hingga klub luar negeri dalam setiap kompetisi di masa lalu.

Siapa yang menyangka klub sepak bola PSMS Medan dulunya pernah dinobatkan sebagai Raja Sepak Bola Indonesia dan dijuluki sebagai “The Killers” karena prestasi yang diraihnya pada masa itu.


Hebatnya, PSMS pada saat itu pernah menembus babak semifinal Piala AFC dan sering menjadi juara kompetisi di Indonesia.

Berikut sepak terjang klub berjuluk Ayam Kinantan ini yang merupakan klub kebanggaan masyarakat Kota Medan.

Era The Killer I  (1954-1966)

Sumberfoto :indosport


Tahun 1954 hingga 1966 adalah masa keemasan klub sepak bola PSMS Medan. Pasalnya di masa inilah PSMS mendapat julukan sebagai “The Killer” karena selalu menghajar tim lawan di lapangan.

Tak tanggung-tanggung, klub-klub luar negeri sering menjadi amukan klub PSMS Medan, seperti klub Kowloon Motorbus asal Hongkong, Star Soccerites asal Singapura dan klub luar negeri lainnya sering dikalahkan oleh PSMS.

Di masa ini SUMUT dan PSMS sering menjadi juara Pekan Olahraga Nasional (PON) terutama di tahun 1953 dan 1957.

Era Perserikatan (Era The Killer II dan Ayam Kinantan) (1967-1990)

sumberfoto :TribunNews

Pada era ini PSMS adalah tim yang paling ditakuti oleh klub lawan dikompetisi lokal di Indonesia.

Di era Perserikatan ini PSMS menjadi Juara sebanyak 7 kali, yaitu di tahun 1967,1969,1971, (1975 Juara bersama Persija Jakarta), 1983, dan yang terakhir di tahun 1985.

Serta menjadi Runner-Up sebanyak 4 kali, yaitu di tahun 1954, 1957, 1979, dan 1991.

Banyaknya prestasi yang didapat PSMS medan pada masa ini berbanding lurus dengan kehebatan para pemain bintang yang saat itu memperkuat PSMS Medan.

Akhir Era Kejayaan: Liga Indonesia (Era 1990-2001)

Sumber Foto : karosatuklik

Era Kejayaan PSMS Medan berakhir di tahun 1990-an, yang saat itu PSMS hanya mampu menjjadi runner-up di musim 1991-1992 karena dikalahkan PSM Makasar di partai final.

Saat era perserikataan diganti dengan era Liga Indonesia, prestasi PSMS naik turun.


Klub ini di musim 1994-95 dan 1995-96 hanya mampu menjadi klub papan tengah, bahkan musim 1996-97 hampir terdegradasi ke Divisi Utama.

Dan di musim 2001, PSMS kembali lolos ke Final, akan tetapi gagal menjadi juara karena dikalahkan oleh PSM Makassar.

Degradasi dan Promosi (2002-2003)

sumber:Psms-medan.com


Musim 2002 adalah era dimana PSMS Medan tersingkir dari Liga Indonesia , karena di akhir musim hanya mampu berada di peringkat 11 klasemen.

Ini sekaligus menjadi pencapaian terburuk klub PSMS Medan sepanjang sejarah. Lalu di musim 2003, PSMS mampu kembali ke Liga Indonesia setelah berhasil duduk di posisi kedua klasemen.

Pasang Surut (2004-2008)

Sumber Foto : IDN Times Medan

Setelah kembali berhasil kembali ke Liga Indonesia, peforma PSMS tidak terlalu buruk karena mampu duduk di posisi ke-7 klasemen.

Tetapi di musim berikutnya, PSMS mampu menjuarai Piala Emas Bang Yos (kompetisi yang diprakarsai oleh Sutiyoso, Gubernur Jakarta pada saat itu) edisi kedua dan berhasil diulang di musim berikutnya.

Sementara di musim 2006 peforma PSMS kembali menurun, tetapi klub ini mampu menjuarai kembali Piala Yos Gold Cup.

Sayangnya di musim 2006 ini, PSMS gagal menjadi juara Liga Indonesia karena kalah dengan Sriwijaya FC di partai final.

Era Liga Super (2008-2009)

Sumber Foto : Antara

Di era ini PSMS diterpa banyak masalah, mulai dari eksodus besar-besaran pemain bintang yang keluar karena masalah gaji, lalu stadion yang tidak lolos stratifikasi liga, hingga perpecahan internal klub.

Dan di musim ini PSMS kembali terdegaradasi untuk yang kedua kalinya.

Perpecahan dua Kubu

Sumber Foto : hidayatullah.com


Di era ini klub PSMS Medan terbagi menjadi dua karena demi mengikuti dua kompetisi yang berbeda secara bersamaan yaitu pada kompetisi Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia yang membuat manajemen membagi dua tim kedalam dua kompetisi.

Saat ini (2015- Sekarang)

Sumber Foto: Tribun Jambi

Di tahun 2015, PSMS mengakhiri dualismenya setelah kehadiran Edy Rahmayadi.

PSMS pun memulai lembaran baru dengan memenangkan Piala Kemerdekaan dan menempati posisi ke-2 di liga 2 Indonesia pada tahun 2017 serta dipromosikan ke liga 1.

Namun di musim berikutnya, PSMS kembali keok dan terpaksa terdegradasi ke liga 2 karena tersungkur di dasar klasemen.

Kini hingga tahun 2021 PSMS tak mampu menerobos liga 1 kembali setelah kalah 1-0 dari Dewa United di babak semifinal.

Post a Comment

0 Comments